Musim Baru

“Hidup itu masalah penyerahan diri. Siapa saja yang mewakilkan urusannya pada Tuhan, maka Dia akan mencukupkan semua kepada kita.”

Ada saat ketika burung kenari yang rajin berkicau tiba-tiba berhenti bersuara. Ia akan diam selama beberapa hari karena sedang menjalani proses mabung, yaitu merontokkan bulu-bulu lamanya agar tumbuh bulu-bulu baru yang lebih indah.

Dalam dua bulan ini saya sedang membiasakan diri untuk puasa berkicau di twitter. Kecerewetan saya mungkin tidaklah berlebihan, hanya saja setelah membaca tweets saya yang bejibun itu sepertinya kok ada yang kurang pas. Melintasi linimasa yang ramai, yang dipenuhi celotehan tiada henti per detik malah membuat saya merasa jenuh. Saya memutuskan berhenti.

Saya ini orang yang beruntung dan super duper beruntung. Bagaimana tidak? Saya punya orang tua yang hebat, adik-adik yang ceria, dan teman baik yang keren-keren. Saya juga punya mata yang hayuk aja diajak membaca buku beratus-ratus halaman tanpa merasa pegal, betis yang kuat untuk menemani jalan berpuluh-puluh meter, dan sedikit kemampuan interpersonal. Saya punya… banyak hal yang jika dibuat daftarnya membutuhkan kesabaran untuk ditulis.

Bagaimana saya tidak beruntung? Di tengah ujian hidup yang datang silih berganti, saya masih memiliki kepercayaan terhadap diri saya sendiri. Minimal saya masih bisa mensyukuri apa yang Allah berikan dengan cuma-cuma dan tanpa diminta.

Dua puluh dua. Ya, itu umur saya. Dimulainya pada hari ini.Seperti perlombaan lari, pistol sudah ditembakkan. Saya akan terus memperjuangkan apa yang menjadi tujuan hidup saya sebelum sisa usia habis. Maka kontemplasi adalah suatu jalan menuju lentera jiwa yang nyalanya harus senantiasa dijaga agar tak padam sebelum waktunya. Berdiam sejenak seperti mabungnya burung kenari.

Musim baru. Usia yang baru, presiden baru, rumah baru, bisnis baru, dan pengalaman baru. Semoga semuanya penuh berkah. Aamiin…